Rasanya nano-nano ketika kemarin pagi bisa bertemu dengan seorang profesor muda. Prof. Madya Dr. Nangkula Utaberta. Saya teringat postingan saya 2 hari lalu tentang tips menjadi mahasiswa terbaik ala M. Amin dan kemarin saya bertemu seseorang yang bisa dibilang pendahulu saya dan penyemangat saya untuk segera menyelesaikan jenjang S2 yang sedang saya tempuh. Beliau berkesempatan mengunjungi kampus pascasarjana UIN Malang untuk berbagi ilmu kepada saya dan kawan-kawan yang hadir pada kuliah umum bertajuk “Graduate Before Time”. Dari judulnya saja tentu kita sudah bisa menebak apa yang akan dibahas di dalam kuliah singkat tersebut. 
      Jadwalnya sih pukul 9 pagi. Saya sudah berada disana sekitar 5 menit sebelum dimulai. Saya masuk ruangan setelah mengisi daftar hadir dan mengambil snack yang disediakan panitia. Saya dan kawan-kawan menunggu cukup lama sekitar 1,5 jam. Tapi tak apalah demi ilmu saya sendiri rela menunggu pemateri datang. Ternyata memang ada delay pesawat dan pesawat pemateri baru mendarat pukul 9 lewat sehingga butuh waktu yang lumayan untuk mengantar dari bandara Abdurrahman Saleh ke kampus pascasarjana. Pukul 10.30 materi dimulai. Moderator memberikan sedikit pengantar seputar materi yang akan dibahas. Pemateri utama, Prof. Dr. Nangkula Utaberta pun akhirnya mengutarakan pemikirannya tentang graduate before time. Beliau adalah seorang sarjana teknik arsitektur UI, beliau pernah menjabat di jajaran BEM UI, S2 dan S3 beliau tempuh di negeri tetangga, Malaysia sampai mendapat gelar profesor dan sekarang pun beliau masih bekerja disana. 
      Menurut beliau, ada beberapa persepsi yang kurang tepat dari beberapa kalangan seperti S3 adalah pencapaian akademik tertinggi. Padahal lulus S3 adalah babak awal untuk mulai pengabdian di bidang akademik. Istilahnya kalau dalam dunia sepakbola bila kita selesai jenjang S3 kita baru punya SIM untuk bisa masuk lapangan untuk main bola. Stigma kedua adalah bahwa thesis dan disertasi harus sempurna. Padahal keduanya tidak harus sempurna karena yang lebih penting adalah keistiqomahan untuk terus meneliti dan tidak berhenti pada tesis dan disertasi yang kita buat. 
      Karena kiprah akademisi baru dimulai selepas S3, maka S2 dan S3 harus cepat diselesaikan. Karena dengan studi cepat sesungguhnya akan lebih banyak waktu untuk memberikan manfaat bagi sekitar kita sesuai bidang kita masing-masing. 
      Berikut beberapa poin penting yang disampaikan beliau terkait bagaimana tips-tips agar lulus dengan cepat. 
1. Mulai lebih dulu. 
      Hal ini menjadi poin penting pertama karena memang kalau tidak dimulai ya kapan mau lulus cepat. Bahkan lulus tepat waktu pun harus dimulai dengan satu langkah awal sejak dini. Bukankah langkah-langkah panjang dimulai dari satu langkah awal yang begitu menentukan. Kalau langkah awal saja kita sudah malas maka bagaimana mungkin menapaki langkah-langkah selanjutnya? Saya kira tidak mungkin akan bisa. 
2. Tujuan yang jelas
      Setelah masuk kampus, maka Anda harus punya tujuan yang jelas. Tujuan yang jelas adalah tujuan yang spesifik, bukan tujuan yang umum. Tujuan spesifik tersebut adalah tujuan yang bisa diukur tingkat ketercapaiannya sampai mana. Misalkan beriman kepada Allah kita wujudkan dalam bentuk shalat berjama’ah 5 waktu di awal waktu. Nah, itu kan bisa diukur. Beda dengan ungkapan “Saya ingin bermanfaat bagi sekitar saya” Manfaat yang seperti apa? di bidang apa? dan pertanyaan-pertanyaan seterusnya yang membuat tujuan kita semakin spesifik daripada sebelumnya. 
3. Buat sesuatu yang kita suka 
      Sudah pasti bila kita menyukai sesuatu, maka kita akan dengan senang hati melakukannya. Maka, cintailah sesuatu lalu lakukan sesuatu yang kita senangi. Karena dengan begitu sudah barang tentu kita akan lebih enjoy dalam menjalaninya, tidak terbebani karena sekali lagi kita SUKA. Dari hal yang Anda suka maka akan diketahui penentuan metode riset yang tepat sesuai kesenangan Anda. Misalnya Anda seorang yang suka baca buku, maka risetnya lebih tepat denga studi literatur, review jurnal, buku, dll. Lain lagi bila Anda suka ngobrol dengan orang, maka lebih tepat metode yang dipakai adalah wawancara, dst. Kumpulkan abstrak sebanyak mungkin untuk mengetahui metodologi penelitian yang sejalan dengan riset yang akan kita lakukan. Tidak ada metode yang salah selama da ustifikasi dan rujukan dari metode tersebut.
4. Pilihlah pembimbing dengan dedikasi tinggi dan aktif
      Masalah yang banyak dihadapi mahasiswa adalah susahnya mendapatkan akses pembimbing yang aktif dan berdedikasi tinggi. Hanya segelintir dosen saja yang menyadari hal ini. Tak jarang saya perhatikan banyak dosen yang terkesan mempersulit mahasiswa padahal bila diperhatikan dengan seksama, bila seorang dosen dapat meluluskan banyak mahasiswa bimbingannya di sela-sela kesibukannya yang sangat padat, itu berarti beliau adalah sosok yang aktif dan bisa membagi prioritas antara jabatan, akademik, dan tentunya menyediakan waktu yang cukup untuk konsultasi mahasiswa bimbingannya. Banyak juga ditemui dosen-dosen yang kurang bahkan tidak berpengalaman sehingga menyebabkan apa yang ditulis mahasiswa harus sesuai dengan keinginannya dan mengabaikan metode yang tertulis di buku misalnya. Prof. Nangkula sendiri sejak masuk S2 oleh supervisor nya sudah mulai diminta untuk membimbing mahasiswa baru semester 1 untuk kemudian dilaporkan kepada supervisor tersebut. Mungkin ini juga yang membedakan pendidikan kita dengan pendidikan luar negeri. Sehingga, penting kiranya bagi mahasiswa untuk melihat CV calon pembimbing tesis atau disertasi. Bila dalam kurun waktu 2-5 tahun belia menghasilkan bayak karya seperti buku, jurnal, tulisan, dsb maka itu harusnya menjadi prioritas Anda. Menurut Prof. Nangkula bahwa orang yang aktif adalah orang yang managemen waktunya baik. Beberapa ciri pembimbing yang baik adalah ia punya waktu asistensi rutin misalnya tiap selasa pukul 13.00, ia juga mengawasi dengan teliti mahasiswa yang ia bimbing. Ia juga pribadi yang rajin menulis, entah itu jurnal, buku, penelitian, atau artikel baik di blog maupun media lainnya. Ia juga tidak menyimpan draf konsultasi mahasiswa lebih dari 1 minggu dan segera memberikan feedback kepada mahasiswa. Dengan begitu mahasiswa yang bersangkutan dapat segera melakukan perbaikan dari apa-apa yang kurang dari tesis maupun disertasinya. 
5. Mulai dari yang sudah ada
      Maksudnya disini adalah tentunya kita sudah punya sesuatu yang setidaknya mendukung penelitian kita. Hal itu bisa berbentuk lingkungan penelitian, data penelitian, dsb. Misalkan kita bekerja di bidang perpustakaan dan punya data mengenai pengunjung perpustakaan selama sekian bulan. Nah, dari situ kita bisa membuat penelitian tentang kecenderungan pengunjung perpustakaan setiap harinya dsb. Intinya menulis tesis atau disertasi itu sesungguhnya hanya pada bab 1 (pendahuluan), bab 4 analisis dan bab 5 kesimpulan. Di bagian kajian pustakan kita hanya perlu pintar-pintar mencari dan menganalisis sumber-sumber rujukan yang sudah ada. Sedangkan untuk bab 3 pun (metodologi) kita juga bisa menganalisis dari rujukan yang sudah ada baik secara offline maupun online. 
6. Piluh topik yang sesuai
      Sebelum melakukan penelitian, kita harus mengetahui terlebih dahulu gambaran makro atau garis besar atau grand design dari penelitian kita tersebut. Hal itu untuk memperjelas detail penelitian kita. 2 pertanyaan yang biasa ditanyakan Prof. Nangkula kepada mahasiswa yang ujian tesis atau disertasi adalah “Kenapa kami perlu tesis/disertasi Anda?” dan “beri skenario bidang tersebut di Indonesia dan dunia? (placement atau penempatan penelitian kita atau bahasa gampangnya adalah apa yang membedakan penelitian Anda dengan penelitian yang lain)”. Kemudian perlu juga diperhatikan apa sumbangsih penelitian kita kepada pengetahuan di bidang tersebut. Menurut Prof. Nangkula, peneliti membutuhkan 4-5 bulan untuk mengumpulkan data dan analisisnya, serta membutuhkan waktu 1-2 bulan untuk menulis laporan penelitian. 
7.  Aktif dalam masa studi 
      Aktif disini tentunya aktif dalam perkuliahan, jangan ketinggalan info-info penting terutama mengenai penelitian tesis atau disertasi kita. 
8. Baca dan tulis
      Artinya apa yang baru saja kita baca secepat mungkin harus kita tulis, entah di buku, laptop, hp, komputer, dsb. Karena sesungguhnya menulis itu sulit dan tidak semudah yang dikira. Maka, untuk mensiasatinya adalah selepas membaca atau bila menemukan hal-hal yang dirasa penting maka langsung saja tuliskan dalam buku, atau catatan atau Anda bisa menuliskannya pada aplikasi-aplikasi baik offline maupun online untuk endnote sehingga memudahkan Anda nantinya bila membutuhkan data-data tersebut dalam penelitian Anda.
9. Beri lebih, jangan kurang 
      Artinya ketika Anda mau konsultasi ke pembimbing, maka berikan lebih dari yang ditargetkan. Menghapus dan mengurangi tentu akan lebih mudah daripada harus ditambah, apalagi yang harus ditambah lebih banyak daripada yang kita konsultasikan. Maka dari itu sekali lagi berikan lebih jangan sampai kurang. 
10. Tulis dalam bahasa yang paling Anda kuasai
      Menulis laporan penelitian dalam bahasa yang Anda merasa percaya diri menuliskannya adalah suatu hal yang penting. Kalau Anda sendiri sudah tidak PD dengan tulisan Anda maka bagaimana orang bisa memahami tulisan dan pikiran Anda. Bila Anda perlu menuliskan laporan Anda dalam bahasa lain dan merasa kesulitan, Anda bisa menggunakan jasa penerjemah sehingga sekali lagi pesan dari penelitian yang Anda tulis tetap sampai pada pembaca penelitian Anda. 
      Itu dia 10 tips yang disampaikan Prof. Madya Dr. Nangkula Utaberta pada seminar Graduate Before Time yang diadakan pascasarjana UIN Malang di Gedung SBY (B) lantai 4 pada Sabtu, 3 Desember 2016. Sebenarnya masih ada 8 lagi yang disini akan saya sampaikan poin-poinnya saja

11. Mulai dari BAB 1 dan berakhir dengan BAB 1
12. Pentingnya mengatur waktu 
13. Persiapkan diri untuk keadaan terburuk 
14. Pastikan Anda lulus sebelum Ujian Sidang Tesis 
15. Kontrol Sidang Tesis Anda
16. Catatan penting ketika membuat koreksi tesis
17. Rayakan Kelulusan Anda
18. Apa Selanjutnya? 

      Di sesi selanjutnya, Dr. Mujab sebagai pembicara kedua memberikan aplikasi dari apa yang telah Prof. Nangkula sampaikan. Beliau menjelaskan poin-poin berikut: 
1. Baca referensi untuk mengetahui apa yang belum ditulis orang 
2. Bagaimana yang telah ditulis dikritisi dan mencari peluang mana yang belum dibahas peneliti lain 
3. Apa gap yang ada dengan riset kita 
4. Ketahuilah sumber informasi seperti perpustakaan, sumber-sumber online jurnal ilmiah, dsb. 

Semoga bermanfaat. 

Baca Juga  Seminar Online – Education System Compared Japan and Indonesian at University Level
Avatar Muhammad Amin

Tentang Saya

Post Terbaru


Place Your Ads Here