Pagi itu, Selasa, 16 Juli 2012 Aku berniat untuk membuka rekening bank BRI yang tepatnya ada di Jl. Untung Surapati. Pukul 08.15 aku berangkat dengan agak tergesa-gesa dengan mengendarai sepeda motor. DI jalanan yang sudah terhitung ramai pada jam segitu, aku mengendarai sepeda motor agak kencang. Di sebelah selatan polres bojonegoro, aku berusaha mendahului sebuah truck di depanku. Dengan tanpa memberi peringatan mau berbelok ke kanan, aku dengan santai dan masih dengan kecepatan agak kencang aku mengambil jalur kanan untuk mendahului. Eh, nggak tahunya sebuah truck merah pengangkat pasir putih tiba-tiba berbelok ke kanan. Karena kaget, aku injak rem ban depan dan belakang bersamaan. 

Tetapi karena reflek yang kurang hati-hati sepeda motorku oleng karena ban depan yang memenag sudah aus dan ditambah pasir yang ada di atas aspal. Dengan cekatan aku langsung membanting setir ke kanan dan bagian depan sepeda motorku masuk ke bawah bak truck pembawa pasir putih tersebut. Begitu pula kepalaku juga masuk ke bawah bak truck tersebut. Alhamdulillah, ada tempat aki di bagian kanan bawak bak truck tersebut yang bisa membuatku tidak terjerembab ke bagian tengah bawah bak truck tersebut. Alhamdulillah, waktu itu aku langsung sadar kalau kepalaku berada di bawah bak truck. Masih dengan mengenakan helm yang bagian luarnya sudah pecah, aku bermaksud hanya ingin menyelamatkan kacamataku. Ketika aku melihat ban belakang truck yang masih terus berputar dan berjalan, aku langsung dengan cepat berusaha mengeluarkan kepala ini dari bawah bak truck tersebut dan alhamdulillah aku berhasil berdiri dan masih diberi kesempatan untuk hidup. Q sempat berpikir “Andaikan aku tadi pingsan, badanku dan kepalaku ini mungkin sudah tertindas ban truck dan nyawaku melayang,”. Begitu bangun, seketika aku memandangi sepeda motor milik ayahku yang kupakai tadi, ban depannya ditindas ban truck dan kulihat badan sepeda motor yang hancur dan selebor depannya sudah miring ke kiri. Dalam hatiku berkata “Maafkan aku yah, aku yang tidak berhati-hati di jalan raya dan hasilnya seperti sekarang ini.”. Aku langsung disuruh duduk di atas pasir putih, tanah proyek perumahan polres Bojonegoro. Aku dikelilingi para pekerja yang seketika berhenti dari kesibukan mereka ketika melihat aku ada di situ. Beberapa orang bertanya no. telepon rumahku, beberapa yang lainnya menanyakan alamatku, beberapa lagi meminggirkan sepeda motorku sedang beberapa yang lainnya menawari aku minum. Beberapa memintaku untuk menghubungi ortuku. Aku turuti kata mereka, seketika aku rogoh saku kiri celana yang sudah kotor karena pasir dan aku keluarkan hape, lalu aku mencoba menghubungi ayah, tetapi tidak ada jawaban, akhirnya aku putuskan untuk menelepon rumah dan aku berkata kepada ibuku kalau aku baru saja mengalami kecelakaan tabrakan sepeda motor dangan truck di dekatnya polres bojonegoro. Setelah mengabarkan hal itu kepada ibuku, sopir truck yang baru saja memarkir trucknya keluar dari truck dan berkata dengan nada marah, “Ealah le le, aku gak mbayangno pas awakmu mlebu nang ngisore bak truckku mau le le, tak pikir awakmu wes gak onok mau le le.”. Aku pun menjawab “Nggeh, sepuntene pak.”. Aku segera meminta maaf kepada semua orang yang ada di sekelilingku. kemudian aku baru tersadar kalau kulit jari kelingking tangan kananku sobek dan aku melihatnya berdarah dan segera memasukkannya ke dalam pasir di sekitarku yang dianggap banyak orang itu adalah hal bodoh karena akan membuat kulit kotor dan infeksi. Alhamdulillah, setelah itu ada orang yang dengan sukarela mengantarkanku ke rumah sakit Wahyu Tutuko dengan becaknya. Dengan cepat orang tersebut membawaku ke UGD RS Wahyu Tutuko. Aku sangat berterima kasih kepada orang tersebut. Lalu, aku mendapatkan perawatan di ruang UGD dan jari kelingking tangan kananku langsung dibersihkan dan dijahit, sedangkan luka lecet lainnya hanya dibersihkan, diberi rivanol dan betadine saja. Seorang dokter berkata -yang kemudian aku kenal namanya adalah dokter Nova- “Kelihatannya tulang kaki kanan bawah lutut ini perlu dirontgen.” Seketika aku kaget dan wajahku kusut, lalu tidak berani medlihat apa yang dilakukan dokter kepadaku. Q hanya bisa menutup mata dan berharap dokter melakukan yang terbaik bagiku dan hasilnya semoga baik-baik saja. Ketika itu aku sempatkan untuk mengirim sms kepada teman-temanku walau tidak seluruhnya meminta do’a kesembuhan dan semuanya baik-baik saja. Beberapa saat kemudian, datanglah ayah dan ibuku ke RS Wahyu Tutuko untuk menjengukku, tetapi kemudian oleh dokter disuruh menunggu di luar karena masih dilakukan tindakan medis. Setelah tindakan medis selesai, ayahku diperbolehkan masuk ruang UGD RS Wahyu Tutuko untuk melihat keadaanku dan aku harus disuntik cairan anti tetanus untuk mencegah infeksi. Setelah itu, aku diminta untuk foto rontgen tulang kaki kanan bawah lututku di ruang rontgen. Seorang pembantu dokter mengantarkanku menuju ruang rontgen diikuti ayahku. Sesampainya di sana, tulang kaki kanan bawah lututku dirontgen dan hasilnya retak sedikit, tetapi tidak begitu serius. Akhirnya aku diperbolehkan untuk pulang setelah menunggu 15 menit di ruang UGD. Itulah pengalaman berhargaku yang selalu kujadikan pelajaran bahwa kita harus selalu hati-hati dimana saja kita berada, terutama ketika berkendara di jalan raya dan jangan lupa untuk berdo’a dan berdzikir sebelum dan ketika sepanjang perjalanan.           

Inilah foto ketika aku setelah dirawat di RS 
Baca Juga  Pengalaman Instal Ulang Windows 10 dan Office 2019 dengan Lisensi Original dan Legal

Post Terkait



Comments

Satu tanggapan untuk “ما زال الله يحبني”

  1. semoga selalu diberi kesabaran

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Avatar Muhammad Amin

Tentang Saya

Post Terbaru


Place Your Ads Here