Bagaimana Peran Keluarga sebagai Support System Penyintas Kekerasan Seksual?
12/01/2021 – Bagaimana Peran Keluarga sebagai Support System Penyintas Kekerasan Seksual? (Canva)

Perihal kekerasan seksual kepada wanita masih menjadi soal yang perlu mendapat perhatian ekstra dari kita semua.

Di awal PowerPoint, pemateri menyampaikan kisah fiktif di mana seorang dirut Pertamina suatu saat menghadiri acara penting seorang bupati di kabupaten. Namun, sang dirut meminta kepada bupati agar mengizinkan istri bupati untuk menginap di hotel menemani sang dirut. Bupati tidak bisa menolak dan mengiyakan saja. Bagaimana tanggapan Anda terhadap cerita fiktif ini?

Masih banyak ketidakadilan yang dialami wanita ketika menjadi korban kekerasan seksual. Berikut di antaranya:

  1. Marginalisasi
  2. Subordinasi pembentukan stereotype atau pelabelan negatif
  3. Kekerasan
  4. Pelabelan negatif
  5. Beban ganda-yang dipaksakan-

Marginalisasi

Korban kekerasan seksual sering kali dimaginalkan oleh sekitarnya. Sekitar akan mengucilkannya dari pergaulan. Mungkin bagi mereka hal ini dikatakan sebagai sanksi sosial, tetapi bagaimanapun sebagai sesama manusia, kita tetap harus saling mendukung dan tolong menolong dalam kebaikan.

Semua profesi sesungguhnya bisa dilakukan oleh siapa pun, tidak memandang laki-laki atau perempuan. Budaya patriarki masih membelenggu kita.

Subordinasi

Setiap orang punya hak dalam politik, ekonomi, sosial, pendidikan, jabatan, dan karier. Penyerahan jabatan seharusnya dilakukan secara adil ketika didapati laki-laki dan perempuan memiliki kapabilitas yang sama.

Kemampuan kecerdasan bekerja tidak ditentukan oleh jenis kelamin, tetapi kapasitas dan kecakapan seseorang dalam memikul tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

Kekerasan

Perempuan masih sering menjadi objek kekerasan oleh laki-laki yang tidak bertanggung jawab. Hal itu terjadi karena adanya anggapan superioritas laki-laki atas perempuan.

Jika melawan, korban malah dianggap berdusta, mencemarkan nama baik, dan sekadar mencari sensasi.

Baca Juga  Mata Uang Baru Tahun Edaran 2016: Persfektif BI Menanggapi Isu Ekonomi Politik Indonesia

Stereotype atau melalui pelabelan negatif

Masih banyak pelabelan-pelabelan dalam hidup kita. Misalnya perempuan bekerja pada ranah domestik dan tidak perlu masuk ranah publik. Anak laki-laki yang mudah menangis dianggap cengeng dan bukan dianggap sebagai ungkapan emosi yang benar.

Beban ganda-yang dipaksakan-

Dalam rumah tangga, perempuan yang berkarier di luar harus mengurus urusan domestik tanpa bantuan siapa pun. Bukannya saling membantu, ada saja laki-laki atau suami yang tidak membantu urusan rumah tangganya sendiri.

Sedangkan bisa jadi laki-laki tersebut tidak banyak bekerja dan hanya bersantai saja.

Apa yang bisa dilakukan untuk korban kekerasan seksual?

  1. Melindungi korban supaya tidak mengalami ketidakadilan
  2. Mendukung penuh korban untuk bangkit kembali
  3. Melakukan proses hukum dengan bantuan LBH terdekat
  4. Mengobati korban baik segi fisik maupun psikis
  5. Mendampingi korban sampai korban kembali pulih.

Menurut Anda upaya apa lagi yang bisa dilakukan agar ketidakadilan terhadap korban kekerasan seksual bisa berkurang atau bahkan hilang dari keseharian kita?

Avatar Muhammad Amin

Tentang Saya

Post Terbaru


Place Your Ads Here