Haruskah Diuji Dahulu?

Haruskah Diuji Dahulu?

Haruskah Diuji Dahulu?
Haruskah Diuji Dahulu?

Pernahkah kita berpikir bahwa mayoritas kita baru akan benar-benar sadar akan sesuatu tatkala ujian datang. Banyak kenikmatan yang datang silih berganti terkadang membuat kita lupa diri, tak sadar akan diri sendiri.

Betapa banyak yang tiba-tiba ingin pergi ke masjid tatkala masjid ditutup. Betapa banyak yang tiba-tiba peduli tetangga, peduli orang miskin tatkala musibah datang. Betapa banyak yang tiba-tiba tergerak hati untuk membantu saudara yang sedang diuji.

Tidak salah sebenarnya. Tetapi, cobalah kita berpikir mengapa baru sekarang sadar. Ke mana saja selama nikmat itu berkelimpahan. Ke mana saja ketika ketidakadilan itu digaungkan oleh rakyat kecil. Nyatanya kala itu kau hanya pandai bersilat lidah, memutarbalikkan fakta, tak punya hati nurani, seolah hatinya telah mati.

Ah, begitulah tabiat manusia. Ketika datang nikmat, ia lupa siapa yang memberi nikmat dan bagaimana mensyukurinya. Ketika ujian datang, tiba-tiba saja tersungkur, rukuk, dan sujud meminta, meronta. Hei, Allah tak sebercanda itu.

Tetapi, bagaimanapun Allah adalah Maha Pemurah. Allah paham sifat manusia semacam ini. Allah akan terus menunggu hamba-Nya kembali kepada-Nya meskipun dengan dosa yang menumpuk, lalu berkata Aku ampuni semua dosamu.

Kodrat seorang mukmin memang diuji. Allah akan uji mukmin dengan ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, kelemahan fisik, dan kekurangan pangan. Begitu firman Allah dalam Alquran.

Maka, selayaknya musibah kali ini menjadi salah satu cambuk pengingat bahwa ketika berkelimpahan nikmat nanti, kita jangan sampai lupa diri. Mendekatlah kepada Allah di waktu bahagia, maka Allah akan mendekat kepadamu di waktu susah. Wallahu a’lam.

@muhamin25 #Ramadan1441H #Ramadanday07 #dakwahdigital #onedayonepage #30042020

Baca Juga  Mengukur Derajat Takwa

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.